Jaman dahulu sepasang suami istri bernama Hata dan Lumalup, mereka tinggal di pinggiran pantai di bawah kaki
gunung yang sekarang di sebut Gunung Hata dan Gunung Lumalup, tempat tinggal mereka laut masuk ke dalam
berbentuk teluk dalam bahasa Talaud Leonne yang sekarang di sebut Panding.
Pasangan Suami Istri Hata dan Lumalup beranak cucu dan menjadi banyak sehingga tempat tersebut menjadi sebuah
perkampungan yang disebut Mareonan.
Di tepi pantai perkampungan Mareonan tumbuh akar bakau yang sangat banyak dalam bentuk kerucut bagian atas
runcing dan tingginya 50 cm sampai 1 meter mengelilingi pantai perkampungan Mareonan.
Kampung Mareonan menjadi besar dan sering terjadi perang suku
karena banyak orang-orang dari luar ingin menguasai Mareonan namun musuh yang masuk tidak dapat melarikan diri dan terbunuh karena
terantuk dengan akar bakau dalam bahasa Talaud Mattara, sehingga orang
sering menyebut kampung Ma’atara nama Maeronan hilang dan di
sebut kampung Ma”atara.
Orang-orang di kampung Ma’atara setiap berperang selalu menang, banyak musuh-musuh yang takut.
Sehingga kampung Ma’atara dapat menguasai wilayah besar yaitu bagian selatan batas batu Tongge
(antara Sawang dan Melonguane) bagian Barat batas Annentoraal (antra Awit dan Sambuara) dan bagian Timur batas batu Andampihe
(antara Tuabatu dan Tabang).
Kemudian Kampung Ma’atara mendirikan satu Kerajaan
dengan Nama Kerajaan Makatraya dengan wilayah Kerajaan
sebagaimana disebut di atas dengan nama Raja-Raja sbb:
- Taawoeda : Tahun 1819-1827
- Loronusa : Tahun 1827-1834
- Maasettide : Tahun 1834-1842
- Laritaa (Raja)/ Mangensiga (Pembantu Raja) : Tahun 1842-1849
- Mangose (Raja)/ Winowoda (Pembantu raja) : Tahun 1849-1857
Wilayah Kerajaan Makatraya berubabah bagian Selatan
Beorran (antara Tarun dan Pampalu) dan Barat Batu Bahewa (antara Awit dan
Sambuara)
- Pansalang (Raja)/ Garuda (Pembantu Raja) : Tahun 1857-1864
- Bonte (Raja)/ Sarundaitan (Pembantu Raja) : Tahun 1864-1871
- Sahadula (Raja)/ Butuan (Pembantu Raja) : Tahun 1871-1878
Tahun 1878 oleh Belanda Ibu kota
wilayah Kerajaan dari Makatara di pindahkan ke Beo dan di angkat oleh Belanda
seorang Raja yaitu Swansi Tentena Tamawiwy sedangkan Makatara di pimpin oleh
Kapten Laut dan wilayah Makatara menjadi tiga wilayah yang masing-masing di
pimpin oleh Kapten Laut:
- Hendrik Nanggana Tailangen/Kapten laut Makatara :Tahun 1878-1903
- Karel Poesan Ontoge Kapten laut Sallatta : Tahun 1878-1903
- Pao Gahetto Kapten laut Burude : Tahun 1878-1903
Tahun 1903 Makatara kembali digabung menjadi
satu dan dipimpin oleh Kapten laut sbb:
- Manaheda Puansalaing : Tahun 1903-1905
- Karel Tamawiwy : Tahun 1905-1935
- Josep Tempoh : Tahun 1935-1938
- Junus Bonte : Tahun 1938-1939
- Liu Mona : Tahun 1939-1941
(Kapten
Laut berubah menjadi Kepala Kampung)
- Jan Piter Potoboda : Tahun 1941-1954
- Nikanor Bonte : Tahun 1954-1955
- Saltiel Tamedaraga Nae : Tahun 1955-1956
- D.R. Tamawiwy : Tahun 1956-1957
- Alex Tailangen : Tahun 1957-1969
- Jan Piter Potoboda : Tahun 1969-1974
(Kepala
Kampung Berubah menjadi Kepala Desa)
- Pilemon Potoboda Suruh : Tahun 1974-1980
- Josep Sarapung/Pjs Kepalah Desa : Bulan Juli s/d Desember 1980
Tanggal 1 Januari 1981 Desa Makatara manjadi Kelurahan di pimpin oleh Kepalah Kelurahan
dan yang pertama menjadi Kepala Kelurahan adalah Josep Sarapung.
Tanggal 26 Juni 2006 Kelurahan Makatara dimekarkan menjadi dua Kelurahan yaitu Kelurahan
Makatara dan Kelurahan Makatara Timur.
Demiklianlah sejarah singkat Makatara yang boleh kami sajikan untuk para pembaca, dan
kami pun menyadari bahwa sejarah Makatara masih banyak kekurangannya untuk itu kami mohon saran dan perbaikannya
untuk melengkapi penulisan sejarah Makatara agar lebih baik dan lengkap.
Sumber :
Makalah Siswa Kelas XII
SMAN 1 Beo
Posting Komentar
BERKOMENTARLAH DENGAN MENGGUNAKAN KALIMAT YANG SOPAN DAN RAMAH YA... THANKS... JBU...